PERKEMBANGAN ISLAM DI NEGARA-NEGARA EROPA DAN DAMPAK POSITIF, NEGATIF MASUKNYA ISLAM DI DUNIA BARAT
PERKEMBANGAN ISLAM DI NEGARA-NEGARA
EROPA DAN
DAMPAK POSITIF, NEGATIF MASUKNYA
ISLAM
DI DUNIA BARAT
Arifin Dwi Saputra
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
Jurai Siwo Metro
Jl. Ki Hajar Dewantara 15 a,
Iringmulyo, Kota Metro, Lampung 34111
E-mail: Arypindwisaputra1510@gmail.com
Abstrak
Tulisan
ini menjelaskan tentang perkembangan islam di eropa (dunia barat), Studi Islam
atau Dirosah Islamiyah di dunia barat dikenal dengan istilah Islamic Studies,
secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha untuk mempelajari sesuatu yang
berhubungan dengan agama Islam. Islam adalah agama yang sempurna diantara agama
yang telah turunkan sebelum agama Islam. Nabi Muhammad SAW adalah orang yang
terpilih untuk menerima wahyu dari allah swt dan mensyi’arkannya keseluruh umat
manusia, beliau berpedoman pada satu kitab suci yaitu Al Qur’anul Karim. Islam
mengajarkan kehidupan yang dinamis dan progresif, menghargai akal pikiran
melalui pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, bersikap seimbang dalam
memenuhi kebutuhan material dan spiritual, senantiasa mengembangkan kepedulian
sosial, menghargai waktu, bersikap terbuka, demokratis, berorientasi pada
kualitas, kemitraan, mencintai kebersihan, mengutamakan persaudaraan, bserakhlak
mulia, dan sikap-sikap positif lainnya. Islam bila dilihat secara historisitas
dapat diartikan sesuatu yang dipraktikkan oleh manusia serta tumbuh dan
berkembang dalam sejarah kehidupan manusia, maka Islam dapat dikatakan sebagai
sebuah disiplin ilmu, yakni ilmu keislaman atau Islam Studies. Semoga
dengan adanya artikel ini masing-masing orang dapat mengetahui sejarah
perkembangan islam di wilayah barat.
Kata
kunci : islam, ilmu keislaman , historisitas
Abstract
This article describes the development of Islam in Europe, this
paper also describes the positive and negative impacts her in Islam in the
western region. Islamic Studies or Dirosah Islamiyah (west known as the Islamic
Studies), is simply the effort to learn things related to Islam. Islam is a
perfect religion among religions that have come down before Islam was revealed.
Prophet Muhammad SAW is chosen for to mensyi'arkannya to all mankind, he guided
by the scriptures that Al Qur'anul Karim.Islam teaches that life is a dynamic
and progressive, appreciate the mind through the development of science and
technology, to be balanced in meeting the material and spiritual needs,
constantly developing social care, cherish the time, being open, democratic,
quality oriented, partnership, love cleanliness, priority brotherhood, noble,
and more positive attitudes.Meanwhile, when viewed from the side of
historicity, it does not seem wrong. This is Islam when viewed in historicity
in the sense that Islam as practiced by humans and grow and thrive in human
history, then Islam can be regarded as a scientific discipline, namely Islamic
studies or Islamic Studies. Hopefully with this article that everyone can know
the history of the development of Islam in the western region.
Keywords
: Islam, Islamic
sciences, historicity.
A.
Pendahuluan
Sejarah Islam merupakan bidang studi yang
banyak menarik perhatian para peneliti, baik dari kalangan sarjana muslim
maupun non muslim. Karena dari penelitian itu banyak manfaat yang dapat diperoleh
dari penelitian tersebut. Sementara itu, bagi para peneliti mempelajari sejarah
Islam selain ditujukan untuk pengembangan ilmu, juga terkadang dimaksudkan
untuk mencari kelemahan dan kekuatan umat Islam. Disadari atau tidak, selama
ini informasi mengenai sejarah Islam banyak berasal dari hasil penelitian
sarjana barat. Hal ini terjadi karena orang-orang barat memiliki etos keilmuan
yang tinggi, di samping itu juga masyarakat nya didukung oleh adanya dana dan
kemauan politik yang kuat dari para pemimpinnya. Studi islam di barat menjadi
sebuah system pemikiran yang berarti islam adalah prinsip yang mengatur
mekanisme befikir bedasarkan konsep-konsep islam di rumuskan dari al-Qur’an dan
sunnah nabi SAW. Banyak sekali pendekatan-pendekatan yang di lakukan di barat
untuk bisa mengembangkan studi islam di barat. Salah satunya Studi islam
normatif cenderung
menggunakan pola pendekatan metode filologi, Sedangkan para
peneliti muslim tampak disamping etos keilmuannya rendah, juga belum didukung
oleh keahlian di bidang penelitian yang memadai, serta dana dan dukungan politik
dari pemerintah yang kondusif.
B.
Pengertian Studi Islam
Hal
mendasar yang penting dipahami dalam studi Islam adalah definisi Islam dan
Agama[1].
Islam adalah agama yang paling sempurna dari agama lain, agama adalah panutan
bagi umat manusia. Pada dasarnya kebudayaan-kebudayaan kuno dan
modern digerakkan oleh ilmu komunikasi dan kontak melalui perjalanan, migrasi
atau perpindahan. Mereka juga bergerak melalui lukisan, ukiran, monument,
peninggalan, buku-buku dan karya seni. Hal ini dapat dikatakan sepenuhnya benar
dalam hal kebudayaan Islam, karena ia dikenal melalui dua saluran utama yaitu
kontak pribadi dan penyalinan serta penerjemahan. Mengenai
pengertian Studi Islam, dikalangan para ahli masih terdapat perdebatan tentang
Studi Islam (agama) dimasukkan kedalam ilmu pengetahuan. Islam kalau dilihat
dari Normativitas kurang pas untuk dikatakan sebagai disiplin ilmu, karena
normativitas studi Islam terbebani oleh misi keagamaan yang bersifat memihak,
romantis, dan apologis, sehingga memiliki kadar muatan analisis, kritis,
metodologis, histories, empiris, terutama dalam menelaah teks-teks atau
naskah-naskah keagamaan produk sejarah terdahulu kurang begitu ditonjolkan.
Studi islam di dunia barat menjadi banyak incaran untuk ajang penelitian,
perkembangan studi islam di barat dalam arti lain adalah perkembangan agama
islam di dunia barat. Salah satu nya dari jalur pendidikan, akan tetapi saat
itu pendidikan islam di barat kelihatan mulai merosot, kemunduran pendidikan
dan kebudayaan islam mulai melemah saat abad ke-13 M.[2]
Studi islam secara etimologis merupakan
terjemahan dari bahasa arab dirasah islamiyah , sedangkan studi islam di
barat dikenal dengan nama Islamic studies. maka studi secara
harfiah adalah kajian mengenai sesuatu yang berkaitan dengan islam. Ada juga
yang menyebutkan studi islam adalah usaha sadar dan sistematis untuk memahami
serta membahas secara mendalam tentang hal-hal
yang berhubungan dengan islam, baik berhubungan dengan ajaran, sejarah
maupun praktik-praktik pelaksanaanya secara nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Para ahli keislaman di luar kalangan umat islam tersebut di kenal dengan kaum
orientalis (istisyroqy) yaitu orang-orang barat yang mengadakan studi tentang
dunia timur, termasuk di kalangan dunia islam. Dengan adanya kontak budaya
modern dengan budaya islam, mendorong para ulama’ tersebut untuk bersikap
objektif pun masuk ke dunia islam, tujuan studi islam adalah usaha untuk
mempelajari secara mendalam tentang islam dan seluk beluk yang berhubungan
dengan agama islam, sudah tentu mempunyai tujuan yang jelas yang sekaligus menunjukan studi islam. Secara umum Studi Islam merupakan tradisi kesarjanaan klasik dan
modern. Pada masa klasik, Studi islam berakar pada tradisi kesarjanaan muslim
yang sudah mapan dalam upaya mereka menerjemahkan dan menafsirkan ajaran-ajaran
agama mereka. Salah satu cabang ilmu keagamaan (religious sciences) telah
dikembangkan oleh para Sarjana Muslim ('ulama') yang menerangkan kandungan
makna ajaran-ajara islam. Studi Islam di Barat bermula dari Perkembangan Studi
Bahasa arab (Arabic Studies) dan studi teks ketimuran seperty arab, Turki dan
Persi pada sekitar abad enam belas.[3]
C.
Sejarah islam di dunia barat
Tidak
diketahui secara pasti sejak kapan dan siapa orang Eropa yang pertama kali
memiliki perhatian terhadap studi islam ketimuran. Pada saat itu dimulai oleh
kaum orientalisten dengan mempelajari bahasa Arab dan agama Islam. Kemudian
sesudah meluasnya penjajahan Barat atas Timur, mereka semakin luas lagi
mempelajari semua agama Timur, adat istiadatnya, peradabannya, ilmu
pengetahuannya, bahasanya dan lain-lain. Yang paling penting sampai sekarang
adalah perkembangan agama Islam, peradaban Islam dan bahasa Arab di dunia barat.
Hal itu terjadi karena di dorong oleh kepentingan politik, agama dan lain-lain.[4]
Alasan ini juga bisa dilihat dari semua tradisi keagamaan di dunia, Islam akan
nampak sebagai satu-satunya nama yang built in (terpasang tetap). Kata
“Islam” terdapat dalam al-Qur‟an
sendiri, Dan orang-orang Islam teguh menggunakan istilah ini untuk mengenal
sistem keimanan mereka. Berbeda dengan apa yang terjadi pada masyarakat keagamaan
yang lain. Ketertarikan barat pada Islam, bisa dilihat ketika dimulainya
gerakan yang mempelajari studi Islam sejak abad ke-12. Pada saat itu, beberapa
rahib barat pernah datang ke Andalusia di masa kejayaan Timur. Mereka mencari
ilmu tentang islamdi dunia timur belajar di sekolah-sekolah ternama di wilayah
timur, belajar menerjemahkan al-Qur‟an
serta buku-buku berbahasa Arab ke dalam bahasa mereka. banyak pemuda-pemuda
barat yang belajar tentang studi islam, mempelajari ilmu ketimuran agama, adat
istadat dan peradapannya.
Kondisi
ini terus berlanjut selama beberapa abad lamanya, sehingga terlihat adanya
ketidak seimbangan antara Timur dan Barat. Hal semacam ini jelas merupakan
fungsi dari pola-pola sejarah yang berubah-ubah. Selama kejayaan politik dan
militer sejak abad kedelapan hingga abad keenam belas, Islam mendominasi dunia,
baik di bagian Timur maupun Barat. Kemudian proses kekuasaan bergeser ke Barat,
dan kini di akhir abad 20 M poros kekuasaan telah mengarah kembali ke Timur. Pertentangan
terus berlanjut sepanjang sejarah perkembangan agama. Agama yang berdasarkan
pada wahyu Tuhan oleh para penganutnya dijadikan sebagai instrumen pertentangan
dan konflik panjang dan tak kunjung selesai. Seakan keduanya diciptakan selalu
bertentangan. hal yang diungkapkan oleh al-Qur‟an tentang Yesus misalnya, meskipun
dengan sopan, seluruhnya bertentangan dan merusak secara total keyakinan umat
Kristen yang esensial mengenai Yesus.[5]
D.
Islam
Sebuah Sistem Pemikiran di dunia barat
Studi islam di
dunia barat memiliki prinsip atau aturan dalam melakukan sesuatu, sedangkan
pemikiran adalah suatu upaya yang dilakukan oleh manusia untuk menemukan
kesimpulan dari suatu premise (masalah). Manusia adalah keyword yang harus dipahami terlebih dahulu
bila kita ingin memahami pendidikan.[6] misi utama Islam di dunia
barat adalah membangkitkan gerakan perubahan sosial dan meluruskan pola pikir
umat manusia dengan acuan pandangan dunia tauhid yaitu menerjemahkan tauhid
dalam sikap, perilaku dan pemikiran dalam rangka menegakkan keadilan di bawah
bimbingan Ilahi di muka bumi. Pendidikan dalam Islam atau proses dan praktik
penyelenggaraan pendidikan yang berlangsung dan berkembang dalam sejarah umat
Islam. Dalam arti proses tumbuh berkembangnya pendidikan Islam dan umatnya,[7]
baik Islam sebagai agama, ajaran maupun Istilah agama dalam konotasi Barat
tidak mancakup wilayah dan bidang pengaruh Islam. Inilah sebabnya Islam disebut
ad-Din atau jalan hidup, bukan sekedar agama dari analisis secara konseptual
ad-Din adalah kode dan jalan yang telah dijelaskan oleh AIlah yang mencakup
keempat arti literal ad-Din, yaitu siap mengakui kekuasaan Allah sebagai
pemegang otoritas mutlak, siap dan pasrah menerima aturan-aturan hukum dan
syariah-Nya dan akhirnya menerima dan mengakui bahwa hanya Allah-lah sebagai
satu-satunya Hakim kelak di hari pengadilan. Dari sini dapat kita lihat mengapa
banyak mujaddid Muslim lebih cenderung menggunakan terma ad-Din atau al-Islam
seperti Ibnu Badis, Hasan al-Banna, al-Maududi dan lain-lainnya. Al-Qur'an sendiri
menggunakan tema ad-Din untuk menegaskan pengertian komprehensif yang
menunjukkan satu keutuhan sistem hidup yang harus dipegang dalam kehidupan
manusia pada setiap masa dan tempat. Dalam al-Qur'an istilah ad-Din juga
menunjukkan suatu kemapanan system pemikiran, ekonomi, politik, sosial dan
moral yang dengan demikian mencakup seluruh aspek kehidupan.[8]
E.
Awal perkembangan tradisi arabistika di rusia
Para ahli
berpendapat bahwa tradisi arabistika di rusia tak dapat di lepaskan dari ide
dan gerakan revolusioner Raja Peter The Great Diantara beberapa gebrakan
revolusioner disebut “Ekspedisi Siberia” memiliki arti paling signifikan
sepeninggal raja peter dinamika intelektual rusia di bidang ini sempat
mendapatkan dukungan dari dua tokoh utama yg membawa perubahan sekaligus
pewaris “ekspedisi Siberia” yaitu G.F. Miller dan Gotleb J Kehr.[9]
Kedua tokoh ini masing-masing memiliki dan menciptakan karya seperty gambar
atau potret batu nisan daftar kosa kata
Arab yg mereka dapat dari Siberia. Akhirnya pada siding akademi ilmu
pengetahuan yg membahas tentang kosa kata rusia arab yang terdiri atas 536 kata
dan tersebar dalam tujuh lembar gambar atau potret tersebut. Pemahaman
hermeneutik, Hermeneutik (menafsirkan) adalah teori
tentang bekerjanya pemahaman dalam menafsirkan teks. Hermeneutik mencakup dalam
dua fokus perhatian yang berbeda dan saling berinteraksi yaitu; pertama, peristiwa
pemahaman terhadap teks. Kedua, persoalan yang lebih mengarah mengenai
pemahaman interpretasi . Sebenarnya hermeneutika sebagai metode baca teks telah
dikenal luas dalam berbagai bidang keilmuan Islam tradisional, terutama dalam
tradisi Fikih dan tafsir al-Qur’an. Sementara itu, hermeneutik modern dalam
pemikiran Islam pada dasarnya dapat disebut lompatan besar dalam perumusan
metodologi pemikiran Islam pada umumnya dan metode penafsiran al-Qur’an
khususnya. Oleh karena itu, kajian hermeneutika dalam kajian Islam juga perlu
dipelajari untuk menambah khazanah keilmuan dan dapat memberikan pengetahuan
baru terhadap bagaimana memahami teks serta penafsiran terhadap teks yang akan
diteliti.[10]
F.
Transformasi Intelektual Islam Ke Dunia Barat
Ada beberapa pendapat
tentang peradaban Islam terhadap filsafat dan ilmu pengetahuan, yang terus berkembang
hingga saat ini. Pendapat pertama mengatakan bahwa orang Eropa belajar filsafat
dari filosof Yunani seperti Aristoteles, melalui kitab-kitab yang disalin oleh
St. Agustine (354 – 430 M), yang kemudian dilanjutkan oleh Anicius Manlius
Boethius (480 – 524 M) dan John Scotus.. Pendapat kedua menyatakan bahwa orang
Eropa mempelajari filsafat orang-orang Yunani dari buku-buku filasafat Yunani
yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab oleh filosof Islam seperti
Al-Kindi dan Al-Farabi. Hoesin (1961) dengan tegas menolak terhadap pendapat
pertama, karena menurutnya salinan buku filsafat Aristoteles seperti Isagoge, Categories, dan Porphyry
telah dimusnahkan oleh pemerintah Romawi bersamaan dengan eksekusi mati
terhadap Boethius, yang dianggap telah menyebarkan ajaran yang dilarang oleh
negara. Selanjutnya dikatakan bahwa seandainya kitab-kitab terjemahan Boethius
menjadi sumber dan ilmu pengetahuan di Eropa, maka John Salisbury, seorang guru
besar filsafat di Universitas Paris, tidak akan menyalin kembali buku Organon
karangan Aristoteles dari terjemahan-terjemahan bahasa Arab, yang telah
dikerjakan oleh filosofi Islam.[11]
Dari pernyataan
di atas, dapat dinyatakan bahwa sentuhan dan pengaruh Barat dari umat Islam
sangat besar. Proses transformasi intelektual Islam ke dunia Barat terjadi
secara perlahan dan memakan waktu yang cukup panjang. Proses tersebut tidak
berjalan dengan mulus, ada beberapa kendala, kendala yang paling besar adalah
persoalan teologis, yaitu doktrin Kristen yang telah lama di dominasi oleh
penafsiran-penafsiran kaum geraja yang sering kali berbenturan dengan realitas
dan norma-norma ilmu pengetahuan sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya. Di
sisi lain, terdapat banyak faktor yang mendukung terjadinya proses transformasi
intelektual Islam ke Barat, baik secara internal maupun eksternal. Adapun
faktor internalnya adalah sifat inklusifitas (keterbukaan, rahmatan lil
‘alamin) umat Islam dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Artinya, umat
Islam tidak hanya mengembangkan ilmu pengetahuan terbatas untuk umat Islam
saja, tetapi juga kepada siapa saja yang memiliki keinginan untuk belajar dan
mengembangkan pengetahuan tersebut, termasuk dari kalangan orang Barat yang
tidak seiman sekalipun. Sementara itu, dari segi eksternal faktor yang ikut
mendukung terjadinya penyebaran kebudayaan klasik di dunia Islam yang kemudian
ditransformasikan ke dunia Barat adalah sebagai berikut:
Adanya
peristiwa yang membuat terpecahnya beberapa institusi Kristen Ortodoks sekte
Nestorian dan Monophysite dengan Gereja Induk, dengan alasan perbedaan ajaran
yang bersifat doktrinal. Akibatnya, kaum intelektual sekte dikucilkan dan
bahkan terhempas keluar dari unsure kegerejaan. Sehingga mereka harus
perkembangan filsafat mencari kebudayaan
yang lebih bersahabat dan kondusif mengayomi ide dinamis mereka. Satu-satunya
alternatif adalah ke dunia Islam. Dari ilmuwan sekte kemudian umat Islam
mengenal ilmu pengetahuan Helenistik, terutama ilmu kedokteran, matematika,
astronomi, teknologi dan Filsafat. Penaklukan Alexander Agung juga ikut menjadi
penyebab tersebarnya ilmu pengetahuan dan kebudayaan Yunani ke Persia dan India
yang kemudian kedua negara ini akhirnya menjadi wilayah kekuasaan Islam di
kemudian hari. Termasuk menerjemahkan ilmu pengetahuan dan filsafat klasik
Yunani ke dalam bahasa Pahlevi dan Syiria serta Arab yang berkembang di Bagdad
di Islam Timur dan Sisilia serta Cordova di Islam Barat. Adanya peran para
penerjemah Hebrew (Yahudi) yang telah menerjemahkan karya-karya Yunani ke dalam
bahasa Hebrew dan Arab. Sebaliknya setelah Islam memiliki kebudayaan tinggi,
mereka menjadi transmisi ilmu pengetahuan dari dunia Islam ke dunia Barat.
paling tidak ada dua jalur yang telah ditempuh oleh bangsa Arab dalam
melaksanakan peranannya sebagai agen perubahan dalam peradaban umat manusia,
yaitu melalui peradaban Islam di Spanyol dan Perang Salib. Senada dengan hal
itu, Musyrifah Sunanto menyatakan bahwa ilmu pengetahuan Islam mengalir ke
Eropa melalui Andalusia (Spanyol), Pulau Sisilia, dan Perang Salib. penyebaran
filsafat terjadi melalui jalur perdagangan, pendidikan dan penerjemahan
karya-karya muslim ke dalam bahasa Latin.[12]
G.
Studi islam normative
Corak pemikiran Islam Tradisional umumnya
cenderung menggunakan metode studi keislaman yang bercorak normatif model abad pertengahan,
yang beranggapan bahwa pintu ijtihad sudah tertutup. Maka studi keislaman hanya
difokuskan pada hasil ijtihad mazhab-mazhab yang sudah ada. Bagi golongan tradisionalis
ini, apa yang dirumuskan ulama mujtahid terdahulu sudah lengkap. Berbagai
problema yang muncul di kalangan umat, dicukupkan pada pendapat-pendapat ulama
yang sudah terekam dalam kitab-kitab klasik. Metode keilmuan tradisionalis ini
memiliki fanatisme berlebihan terhadap masing-masing mazhab yang dianut.[13]
Studi Islam
normatif ini cenderung menggunakan polapendekatan normatif-teologis atau bayani
dalam perspektif. Pendekatan ini umumnya menggunakan metode filologi yakni
metode kebahasaan yang lebih bercorak tekstual (lafdziyyah). Dengan
penggunaan metode filologis-normatif, kelompok Islam Tradisional seringkali
mempersoalkan berbagai pandangan tentang misalnya batas aurat wanita, keluarga
berencana, bunga bank dan pengagungan akal (intelektualisme). Bagi kelompok
mazhab Islam normatif ini bunga bank itu haram, kaum perempuan wajib menutup
aurat dan keluarga berencana maupun intelektualisme merupakan sesuatu yang
bertentangan dengan ajaran Islam. Sejalan dengan berbagai tantangan modernitas dan perubahan
sosial yang ada, model pendekatan studi Islam normatif ini sudah dianggap tidak
memadai lagi. Maka menurut Fazlur Rahman pendekatan Islam normatif sebagaimana
yang terlihat dalam khazanah pemikiran Islam klasik harus dikembangkan melalui
pendekatan Islam historis, atau dalam perspektif al-Jabiry melalui pendekatan burhani
(argumentatif-empirik), disamping pola bayani.[14]
H.
Studi islam historis
studi Islam
historis dikenal memiliki tiga pendekatan yakni: (a) social sciences, yang
di dalamnya mencakup disiplin ilmu sociology, anthrophology, archeology, dan
sejenisnya; (b) natural sciences, mencakup disiplin ilmu biology,
physical sciences, astronomy, IT\ (d) humanities, yang terdiri dari philosophy,
psychology, arts, dan Iain-lain. Dalam pengembangan ketiga wilayah studi
keislaman masing-masing memiliki perbedaaan pandangan antara kelompok Islamization
of Knowledge sebagaimana yang dipelopori oleh Naquib al-Attas maupun
Ismail Raji al-Faruqi dengan kelompok Scientification of Islam sebagaimana
yang dipelopori oleh Fazlur Rahman, dan pemikir sealiran lainnya pada
era pasca Rahman, seperti Mohammed Arkoun. Bagi aliran pertama (Islamization
of Knowledge) berpandangan bahwa sebelum digunakan pendekatan social
sciences, natural sciences maupun humanities, maka berbagai disiplin
ilmu yang tergabung ke dalam tiga pendekatan keilmuan tersebut harus di-islamkan
terlebih dahulu. Karena, bagi aliran pertama ini, umumnya ketiga wilayah
yang memuat berbagai disiplin ilmu di atas masih jauh dari nilai-nilai
ketauhidan Islam dan cenderung bercorak Western perspective.[15]
Dari peryataan disiplin
keilmuan di atas harus direkonstruksi ulang, baik pada wilayah ontologi,
epistemologi maupun aksiologi, karena bagi aliran pertama ini, bagaimanapun
juga terdapat perbedaan yang mendasar antara disiplin keilmuan Islam yang
bercorak integratif-Tauhid dengan disiplin kelimuan Barat yang dikotomik-Cartesian,
dan sudah barang tentu dinilai lebih bersifat sekuler. Tetapi bagi aliran kedua
(Scientification of Islam), tampaknya tidak terlalu mempersoalkan
dimensi "keislaman dan ketauhidan", secara aksiologis dapat
memperluas dan mengaplikasikan nilai-nilai spiritualitas Islam dalam segala
aspek kehidupan umat, sekalipun berbagai disiplin keilmuan. yang tergabung
dalam tiga wilayah pendekatan studi Islam di atas berasal dari Barat.
Perkembangan zaman modernisasi Barat telah melahirkan humanisme yang sangat mengagungkan
kemampuan rasio. Manusia merasa mampu melakukan segala sesuatu bagi dirinya
dengan rasionya tanpa campur tangan dari sesuatu di luar dirinya, termasuk
campur tangan
Tuhan sebagai suatu kekuatan terbesar.[16] Mengingat
apa yang ditemukan dan dikembangkan di Barat pada hakikatnya merupakan warisan
peradaban Islam seperti Ibn Rusyd (Averroisni), dan pemikir lainnya.
Dari kedua aliran pemikiran studi Islam di atas terlihat jelas pengaruhnya bagi
angkatan berikutnya di Indonesia yakni antara para alumni ISTAC (International
Institute of Islamic Thought and Civilization) dan HUM (International
Islamic University of Malaysia) sebagai penerus aliran pertama yang
terlihat dalam berbagai karya tulis mereka yang termuat dalam beberapa buku,
harian nasional, majalah, jurnal ilmiah dan internet, dengan para penganut
"mazhab" sebagai yang mewakili penganut aliran kedua. Peneliti
sengaja mengemukakan kedua lembaga dimaksud karena kedua lembaga itulah yang
dianggap paling sering untuk mencetak kedua model kader pemikir Islam mewakili
dua aliran Islamic studies di atas.[17]
I.
Masuknya islam di spanyol
Kehadiran orang-orang Islam di Spanyol
merupakan awal munculnya Islam di benua Eropa, karena Spanyol merupakan pintu
gerbang masuknya islam bagi benua tersebut. Sebagaimana diinformasikan dalam
buku-buku sejarah, ekspansi Islam ke wilayah Barat (dalam hal ini benua Eropa
bagian Barat). Spanyol sebelum kedatangan Islam
dikenal dengan nama Iberia/Asbania, kemudian disebut Andalusia, ketika negeri
subur itu dikuasai bangsa Vandal. Dari perkataan inilah orang Arab menyebutnya
Andalusia. bahwasanya Islam masuk ke Spanyol
pada masa Dinasti Bani Umayyah, yakni pada masa pemerintahan al-Walid bin Abd
al-Malik (86-96 H / 705-715 M), yaitu salah seorang khalifah dari
Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. Sebelum penaklukkan Spanyol, umat Islam
telah menguasai Afrika Utara dan menjadikannya
sebagai salah satu propinsi
dari Dinasti Bani Umayyah. Penguasaan sepenuhnya atas Afrika Utara itu
terjadi di zaman khalifah Abdul Malik (685-705 M). Khalifah Abdul Malik
mengangkat Hasan ibn Nu’man al-Ghassani menjadi gubernur di daerah itu. Pada
masa khalifah al-Walid, Hasan ibn Nu’man sudah digantikan oleh Musa ibn
Nushair. Di zaman al-Walid itu, Musa ibn Nushair memperluas kekuasaannya dengan
menduduki Aljazair dan Marokko. Selain itu, ia juga menyempurnakan penaklukkan
ke daerah-daerah bekas kekuasaan bangsa Barbar di pegunungan-pegunungan,
sehingga mereka menyatakan setia dan berjanji tidak akan membuat
kekacauan-kekacauan seperti yang pernah mereka lakukan sebelumnya.[18]
Dalam proses penaklukkan Spanyol terdapat tiga
pahlawan yang sangat berjasa dalam memimpin
pasukan ke sana, mereka adalah Tharif bin Malik, Thariq bin Ziyad dan
Musa bin Nushair. Thariq dapat disebut sebagai perintis dan penyelidik, Ia
menyeberangi selat yang berada di antara Maroko dan Benua Eropa itu dengan satu
pasukan perang, lima ratus orang di antaranya adalah pasukan berkuda, mereka
menaiki 4 buah kapal yang disediakan oleh Julian. Dalam penyerbuan itu Thariq
tidak mendapat perlawanan yang berarti. Ia menang dan kembali ke Afrika Utara.[19]
Kemenangan pertama yang dicapai oleh Thariq ibn Ziyad membuka jalan
untuk penaklukkan wilayah yang lebih luas lagi, sehingga pada tahun 711 M, Musa
ibn Nushair mengirim pasukan ke Spanyol sebanyak 7000 orang dibawah pimpinan
Thariq ibn Ziyad. Thariq ibn Ziyad lebih banyak dikenal sebagai penakluk
Spanyol karena pasukannya lebih besar dan hasilnya lebih nyata.Pasukannya
terdiri dari sebagian besar suku Barbar yang didukung oleh Musa ibn Nushair dan
sebagian lagi orang Arab yang dikirim khalifah al-Walid. Pasukan itu kemudian
menyeberangi selat di bawah pimpinan Thariq ibn Ziyad. Sebuah gunung untuk
pertama kali Thariq dan pasukannya mendarat dan menyiapkan pasukannya yang
dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal Thariq) Dengan dikuasainya daerah ini maka terbukalah pintu untuk menguasai
Spanyol.[20]
J.
Perkembangan studi islam di barat
Cukup menarik jika mencermati naik turunya
hubungan antara peradaban Barat dengan peradaban Islam. Ketika melihat
peradaban Barat yang dihubungkan dengan peradaban Islam, patut digaris bawahi
bahwa ketika peradaban Islam sedang berada dalam masa-masa kemajuannnya
terutama pada periode Klasik, keberadaan peradaban Barat (Eropa) justru sedang
berada dalam jurang kegelapan (the dark of middle ages), bahkan di
antara orang-orang Eropa ada yang sudah tidak mengenal kembali akan identitas
kebudayaan dan peradabannya.[21]
Kemajuan peradaban barat dimulai pada Periode
Pertengahan (1250-1800 M), yang mana peradaban islam pada periode ini
mengalami stagnasi. Sedangkan peradaban barat mengalami perkembangan yang
sangat pesat dari ilmu pengetahuan dan Jadi sudah
jelas bahwa latar belakang Berkembanganya Studi Islam di Dunia Barat adalah
disebabkan para pelajar barat yang datang ke Jazirah Arabiyah untuk belajar.
Disamping itu juga mereka telah berhasil menterjemahkan karya-karya ilmuan
muslim kedalam bahasa latin. Mereka memiliki keinginan untuk lebih dalam mengenal pendidikan
islam di timur. pendidikan adalah proses melatih akal, jasmaniah dan moral
manusia untuk melahirkan warga negara yang baik serta menuju ke arah
kesempurnaan bagi mencapai tujuan hidup.[22]
Ilmu yang dikembangkan
dalam pendidikan Barat dibentuk dari acuan pemikiran filsafat mereka yang
dituangkan dalam pemikiran yang bercirikan materialisme, idealisme,
sekularisme, dan rasionalisme.
Harus diakui bahwa persoalan suksesi kepemimpinan pasca kenabian masih
menyisakan problem dan akhirnya memunculkan oposisi dalam setiap sukses.[23] Gerakan ini
pada akhirnya menimbulkan massa pencerahan dan revolusi industri yang
menyebabkan Eropa maju. Dengan demikian Andalusia merupakan
sumber-sumber cahaya bagi Eropa dan memberikan kepada benua itu manfaat dari
ilmu dan budaya Islam selama hampir tiga abad.
Masa Renaisance (abad pertengahan : 1250-1800 M) adalah masa dimana
peradaban Barat mulai bangkit kembali sementara itu peradaban Islam mengalami
stagnasi. Renaisance membawa perubahan baru bagi dunia Barat dalam bidang Ilmu
Pengetahuan dan Ekonomi. perkembangan tersebut banyak dipengaruhi oleh
peradaban Islam. Sebagaimana kita ketahui di masa kejayaan Islam. Andalusia
(Spanyol) pada masa pemerintahan Bani Abbasiyah merupakan salah satu tempat
yang mengalami kemajuan dalam bidang pendidikan, politik, sosial, dan ekonomi teknologi sampai sekarang. Sementara Studi Islam
yang dilakukan oleh kalangan orientalist bermaksud untuk mempelajari
seluk-beluk ajaran islam dan menjadikannya sebagai Ilmu Pengetahuan. Hal ini
yang membuat Islam lebih dikenal sebagai sains didunia barat (sains islam).
Pada dasarnya Studi Islam dan Sains Islam ada perbedaan dan
persamaan. Persamaan studi dan sains terletak pada objek kajiannya yakni ilmu
pengetahuan, Sedangkan perbedaan Studi Islam adalah suatu ilmu
pengetahuan yang dirumuskan dari ajaran islam yang dipraktekkan dalam sejarah
dan kehidupan manusia. Sedangkan Sains Islam adalah suatu ilmu
pengetahuan yang mencakup berbagai pengetahuan modern seperti kedokteran,
astronomi, matematika, fisika, dan sebagainya yang dibangun atas arahan
nilai-nilai islami. Sains Islam adalah sains yang dikembangkan oleh kaum
muslimin sejak abad islam ke-2, yang keadaannya sudah tentu merupakan salah
satu pencapaian besar dalam peradaban islam. Selama kurang lebih 700 tahun,
sejak abad ke-2 hingga ke-9 Masehi, peradaban islam mungkin merupakan peradaban
yang paling produktif dibandingkan peradaban manapun.[24]
Memasuki abad ke 20 M,
dunia islam bangkit memerdekakan negerinya dari penjajah barat, pada saat itu mulai
bermunculan pemikiran pendahuluan dalam islam, ada beberapa hal yang mendorong
muncul nya pembeharuan dalam islam yang pertama, timbulnya kesadaran di
kalangan ulama bahwa banyak ajaran-ajaran asing yang masuk dan di terima
sebagai ajaran islam. Ajaran inilah yang membawa islam mulai mundur, oleh
karena itu mereka bangkit untuk membersihkan ajaran atau faham-faham yang
bertentangan dengan islam Gerakan ini disebut gerakan reformasi.[25].
Barat mendominasi dunia di bidang politik dan peradapan, dari berbagai halangan
dan konflik akhirnya islam bias berkembang pesat di dunia barat melewati para
tokoh-tokoh pelajar yang membawa islam dari timur ke wilayah barat.
K.
Peradaban Islam di Cordoba & Granada
Ketika Islam
mencapai puncak keemasan peradaban, kota Cordoba dan Granada adalah dua kota
yang berperan penting dimasa itu, dua kota ini adalah pusat-pusat peradaban
yang sangat penting karena dipandang mampu menyaingi Baghdad di daerah timur,
dalam bidang pendidikan dan teknologi, akan tetapi puncak keemasan itu
berpindah tangan pada bangsa-bangsa Eropa yang mulai bangkit dengan politik,
ilmu pengetahuan dan teknologinya, yang tentu saja tidak bisa dipisahkan dari
peran Islam dalam membangun peradaban di Spanyol, itulah awal kemunduran
peradaban Islam di Eropa. Adanya gangguan yang mengakibatkan pertentangan di
antara penguasa karna adanya perbedaan etnis golongan[26].
Pada saat itulah Bangsa Eropa memukul mundur Islam yang tumbuh subur di
Spanyol, kejadian itu dikenal dengan Renaissance.
L.
Sejarah peradaban Islam di Istambul Turki
Turki adalah
sebuah negara besar di kawasan Eurasia, Wilayahnya terbentang dari Semenanjung
Anatolia di Asia Barat Daya dan daerah Balkan di Eropa Tenggara. Islam berkembang di turki pada abab
pertengahan. Berkembangnya islam di turki di ikuti juga peristiwa penyerangan
mongol terhadap dunia islam. Pendiri kerajaan turki Qayiqh Oghus mengajak semua
anggota suku nya untuk menghindari serbuan bangsa mongol yang menyerang dunia
islam. Bangsa mongol mengalami kemunduran dan pada saat itu turki mulai muncul kerajaan-kerajaan
salah satunya kerajaan turki usmani. Di saat itulah dunia islam di turki mulai
berkembang hingga sekarang. Turki berbatasan dengan Laut Hitam di sebelah
utara; Bulgaria di sebelah barat laut; Yunani dan Laut Aegea di sebelah barat;
Georgia di timur laut; Armenia, Azerbaijan, dan Iran di sebelah timur; Irak dan
Suriah di tenggara; dan Laut Mediterania di sebelah selatan. Laut Marmara yang
merupakan bagian dari Turki digunakan untuk menandai batas wilayah Eropa dan
Asia, sehingga Turki dikenal sebagai negara transkontinental. Istambul
merupakan ibukota kesultanan Tturki utsmani Kota ini sebelumya adalah ibukota
Kekaisaran Bizantium dan bernama Konstatianopel.[27]
M.
Dampak yang ditimbulkan dari Perkembangan Studi Islam Bagi Dunia Barat.
Setelah Studi
Islam Berkembang begitu pesatnya di dunia barat, maka mulai tampaklah dampak-dampak
yang ditimbulkan mulai dari hal yang positif maupun negative. Berikut dampak
positif dan negatif studi islam di dunia barat:
1.
Dampak Positif.
Kehadiran Islam
di Eropa Spanyol membawa perubahan dalam berbagai segi kehidupan masyarakat,
terutama dalam aspek peradaban dan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dari hal ini
telah menimbulkan semangat orang barat dalam mempelajari ilmu pengetahuan yang
dibawa oleh islam. Sudah banyak orang barat yang menguasai ilmu pengetahuan
dari islam, seperti ilmu kimia, ilmu hitung, ilmu tambang (minerologi),
meteorology (karya Al Khazini), dan sebagainya. Sedangkan dibidang teknologi
adalah orang barat bisa membuat berbagai macam alat industri yang dihasilkan
dari observasi atau penelitian. Sekitar abad ke-16 M telah ditemukan sebuah
alat perajut kaos kaki. Kemudian tahun 1733 M John Kay telah berhasil membuat alat tenun baru yang dapat bekerja
lebih cepat dan menghasilkan tenunan yang baik. Pada tahun 1765 M Hargreaves
berhasil membuat alat pintal yang dapat memintal berpuluh-puluh gulung benang
sekaligus. Kemudian sekitar tahun 1780 M terjadi revolusi industri di Inggris,
seperti ditemukannya mesin uap oleh James Watt pada tahun 1769 M dan alat tenun
oleh Cartwright tahun 1785 M yang menyebabkan Inggris menjadi negara industri
maju.
2.
Dampak Negatif:
a)
Setelah bangsa barat menjadi bangsa yang maju dan telah mengalami
revolusi dibidang industri. Maka mereka mendapati masalah kekurangan
bahan baku dalam kegiatan industrinya. Kemudian untuk mencari jalan
keluarnya mereka berlomba-lomba mencari di dunia Timur, yang kebanyakan
dikuasai oleh pemerintahan muslim. Di samping itu, mereka juga memerlukan
tempat pemasaran baru bagi hasil industrinya ke negara-negara Timur. Sebagai
akibatnya, banyak negara-negara Barat datang kedunia Timur dan terjadilah
Ekspansi besar-besaran dalam bidang social, politik, ekonomi dan sebagainya. Di
waktu itulah terjadi suatu massa kolonial dan imperial,
yaitu massa dimana bangsa-bangsa Barat melakukan penjajahan terhadap dunia
Timur, khususnya dunia muslim. Suasana seperti itu menyebabkan dunia Timur
mengalami kemunduran dan Barat mencapai kemajuan pesat dari hasil kolonialisme
dan imperialisme atas dunia Timur.
b)
dampak negatif yang kedua dapat
dikatakan bagaikan kacang lupa kulitnya karena, mereka sungguh
tidak tahu diri. Ilmu yang berkembang di Dunia Barat itu adalah dari islam,
akan tetapi mereka mengingkarinya, mereka tidak mengakui. Malahan mereka
mengaku ilmu tersebut berasal dari peradaban lain, bukan dari peradaban
islam. Ada seorang sarjana bernama Max Dimont mengatakan bahwa orang
Barat itu menderita Narcisisme, yaitu mereka mengagumi diri mereka
sendiri, dan kurang memiliki kesediaan untuk mengakui utang budinya kepada
bangsa-bangsa lain. Mereka hanya mengatakan, bahwa yang mereka dapatkan itu
adalah warisan dari Yunani dan Romawi.[28]s
N.
Simpulan
Sejarah berkembanganya Studi Islam di Dunia Barat disebabkan adanya para
pelajar barat yang datang ke dunia timur untuk mengkaji ilmu. Disamping
itu juga mereka telah berhasil menterjemahkan karya-karya ilmuan muslim kedalam
bahasa latin. Perkembangan studi
Islam di dunia barat, juga disebabkan oleh adanya kontak langsung antara orang
barat dengan orang islam, adanya pelajar barat yang belajar kedunia islam dan
adanya gerakan penerjemahan kitab Islam lebih dikenal di dunia barat adalah
sebagai Sains daripada Studi. Salah satu
contoh kemajuan ilmu pengetahuan dunia barat adalah adanya Ekspedisi Napoleon
ke Mesir. Perkembangan peradaban
barat yang berkembang begitu pesat, dimulai sejak periode pertengahan, dimana
peradaban umat Islam pada saat itu mengalami stagnasi. Dari perkembangan
studi Islam yang berkembang di dunia barat, membawa dampak yang positif dan
negatif. Hasil perkembangan studi Islam di Dunia Barat, membuat para
ilmuwan Barat banyak tertarik untuk mengkajinya.
REFERENSI
Arina Haqan ,’’orientalisme dan islam
dalam pergulatan sejarah’’ jurnal keilmuan tafsir hadis volume 1 nomor 2
Desember 201.
Asep muhammad
iqbal, studi islam dan dialog antar peradapan", jurnal kajian islam volume
1 nomor 1, april 2009.
Elok noor farida
dan kusrini, “studi islam pendekatan hermenueritik”, jurnal penelitian vol. 7,
nomor 2, Agustus 2013.
fatikhah,
Distori umat islam andalusia : perspektif pendidikan politik" STAIN
pekalongan jurusan Tarbiyah.
hassan ibrahim
hasan, “islamic history and culture” dalam Sitti aisyah, “maju mundurnya islam
di spanyol” jurnal rihlah vol 1 nomor 1 /2013.
http://imam2992.blogspot.co.id/sejarah-dan-perkembangan-studi-islam.
ismail jakub,
orientalisme dan orientalisten’’ dalam Arina Haqan ,’’orientalisme dan islam
dalam pergulatan sejarah’’ jurnal keilmuan tafsir hadis volume 1 nomor 2
Desember 2011.
kusdiana,
Anding, hubungan kebangkitan dan kemajuan eropa/barat dengan peradapan islam,
jurnal Al-Tsaqafa volume 10 No 1 juli 2013.
luluk fikri
zuhriyah “metode dan pendekatan dalam studi islam” Islamica, vol. 2, No 1
september 2007.
dahlan M,
muhammad, motivasi kebangkitan dunia islam, jurnal adabiyah, vol. XV, Nomor
1/2015.
Muhammad
Azhar,“metodologi islamic studies : studi komparatif antara islamization of
knowledge dan scientification of islam”, mukaddimah, vol XV No 26 januari-juni 2009.
muhammad
imarah perang termenologi islam versus
barat’’ hal. 6 1998.
muhammad syafii
antonio “ensiklopedia peradapan islam”’ dalam Romantisme peradapan islam di
eropa dalam novel 99 cahaya di langit , hal 57.
samsudin,
Mohamad, Pendidikan anak perspektif islam dan barat, jurnal pendidikan
universitas garut, vol. 09 No, 01 ; 2015.
Siti khasinah,
“hakikat manusia menurut pandangan islam dan barat” Jurnal Ilmiah Didaktika
Vol. XIII, No. 2, Februari 2013.
Sitti aisyah,
“maju mundurnya islam di spanyol” jurnal rihlah vol 1 nomor 1 /2013.
sri suyanta,
“transformasi intelektual islam ke barat” jurnal ilmiah islam futura, vol. X
nomor 2 februari 2011.
susanto, edi,
pendidikan agama islam : antara tektualis normatif dengan kontektualis
historis, tadris, vol. 4 nomor 2/2009.
tambunan, sihol
farida, antara islam dan barat : pandangan mohammad arkoun mengenai kemodernan,
jurnal masyarakat dan budaya, vol. 5, No. 2 tahun 2003.
ummatin, khoiro,
tiga pilar penyangga eksistensi dinasti ummayah, vol. XII No. 2 tahun 2012.
wan jamaluddin
Z, “perkembangan tradisi arbistika dan kajian al-Qur’an oleh orientalis rusia
pada penghujung abad ke 18 M” hal.148 centre of research internasional journal.
yusuf, Qardhawi,
berita kemenangan islam (jakarta:gema insani press).
Zuhairini,’’sejarah
pendidikan islam’’ dalam hasanuddin dominasi peradapan barat dalam pendidikan
islam’’, jurnal Al-hikmah Vol.XV nonor 2/2014.
[1]Luluk Fikri Zuhriyah “metode dan pendekatan dalam studi
islam” Islamica, vol. 2, No 1 september 2007.
[2]Zuhairini ’’sejarah pendidikan islam" dalam Hasanuddin '' dominasi peradapan barat dalam
pendidikan islam’’, jurnal Al-hikmah Vol.XV nomor 2/2014.
[3]Asep Muhammad Iqbal, ''studi
islam dan dialog antar peradapan", jurnal kajian islam volume 1
nomor 1, april 2009.
[4] Ismail Jakub, ''orientalisme dan orientalisten’’ dalam Arina
Haqan ,’’orientalisme dan islam dalam pergulatan sejarah’’ jurnal
keilmuan tafsir hadis volume 1 nomor 2 Desember 2011.
[5] Arina Haqan ,’’orientalisme dan islam dalam pergulatan
sejarah’’ jurnal keilmuan tafsir hadis volume 1 nomor 2 Desember 2011.
[6] Siti Khasinah, “hakikat manusia menurut pandangan islam dan
barat” Jurnal Ilmiah Didaktika Vol. XIII, No. 2, Februari 2013.
[7] Edi Susanto, pendidikan agama islam : antara tektualis normatif dengan kontektualis historis, tadris,
vol. 4 nomor 2/2009.
[9] Wan Jamaluddin Z, “perkembangan
tradisi arbistika dan kajian al-Qur’an oleh orientalis rusia pada penghujung
abad ke 18 M” hal.148 centre of research internasional journal.
[10]Elok Noor Farida dan Kusrini, “studi islam pendekatan
hermenueritik”, jurnal penelitian vol. 7, nomor 2, Agustus 2013.
[11] Sri Suyanta, “transformasi intelektual islam ke barat”
jurnal ilmiah islam futura, vol. X nomor 2 februari 2011.
[13]Muhammad Azhar,“metodologi islamic studies : studi
komparatif antara islamization of knowledge dan scientification of islam”,
mukaddimah, vol XV No 26 januari-juni
2009.
[14]Muhammad Azhar,“metodologi islamic studies: studi komparatif antara
islamization of knowledge dan scientification of islam”, mukaddimah, vol
XV No 26 januari-juni 2009.
[16]Sihol Farida Tambunan,"antara islam dan barat: pandangan
mohammad arkoun mengenai kemodernan", jurnal masyarakat dan budaya,
vol. 5, No. 2 tahun 2003.
[17]Muhammad Azhar,“metodologi islamic studies: studi komparatif antara
islamization of knowledge dan scientification of islam”, mukaddimah, vol
XV No 26 januari-juni 2009.
[20] Hassan Ibrahim Hasan, “islamic history and culture” dalam
Sitti Aisyah, “maju mundurnya islam di spanyol” jurnal rihlah vol 1 nomor 1 /2013.
[21] Anding Kusdiana, "hubungan kebangkitan dan kemajuan
eropa/barat dengan peradapan islam", jurnal Al-Tsaqafa volume 10 No
1 juli 2013.
[22] Mohamad Samsudin, Pendidikan
anak perspektif islam dan barat, jurnal pendidikan universitas garut,
vol. 09 No, 01 2015.
[26] Fatikhah, Distori umat islam andalusia : perspektif
pendidikan politik" STAIN pekalongan jurusan Tarbiyah.
[27] Muhammad Syafii Antonio “ensiklopedia peradapan islam”
Romantisme peradapan islam di eropa dalam novel 99 cahaya di langit , hal 57.
0 Response to "PERKEMBANGAN ISLAM DI NEGARA-NEGARA EROPA DAN DAMPAK POSITIF, NEGATIF MASUKNYA ISLAM DI DUNIA BARAT"
Post a Comment